Bukan The Power Of Kepepet #1

Bukan The Power of Kepepet
Bukan The Power of Kepepet
Judulnya sama dengan buku buatan Mas Jaya Setiabudi "The Power Of Kepepet", tapi ini yang versi saya yaitu "Bukan The Power Of Kepepet". Saya tidak membahas atau bedah buku itu. Melainkan, saya akan bercerita lagi mengenai pengalaman, ini ada kaitannya dengan artikel saya sebelumnya yang berjudul "Sonkaji Blogs". Sengaja saya buat judul seperti judul buku Mas Jaya, karena cerita yang akan saya tulis ini memiliki kesan yang sama dengan judul buku itu, saya memiliki power pada saat saya dalam keadaan kepepet. Dimulai dari sini:

Sarjana Muda

Saya teringat dengan lagu Om Iwan Fals yang berjudul "Sarjana Muda", dan itu juga mengingatkan saya sebagai sarjana muda yang baru saja di wisuda. Mungkin kita dengarkan saja dulu lagu Om yang satu ini:



Kalimat yang paling menonjok banget buat para sarjana muda khususnya saya sendiri, yang diucapkan Om Iwan Fals adalah:
Engkau sarjana muda, resah mencari kerja, tak berguna ijasahmu. Empat tahun lamanya , bergelut dengan buku, sia-sia semuanya. Setengah putus asa dia berucap "Maaf Ibu"
Saya memang sarjana yang sedang mencari kerja, tapi lihat dulu, saya ini sarjana apa. Mungkinkah saya melamar kerja ke perusahaan? Mungkin tidak. Ijasah saya mungkin akan ditolak mentah-mentah oleh perusahaan.

Saya ini sarjana Pendidikan Bahasa Arab (PBA), masak saya melamar ke perusahaan. Misalkan saja saya melamar ke perusahaan rokok, lantas apa hubungannya backgound saya PBA dengan perusahaan rokok itu? Apa iya, job yang akan diberikan perusahaan rokok itu kepada saya, hanya untuk memberi label pada bungkus rokok dengan tulisan "Halal" pasti akan terlihat lucu. Iya saya tahu, kalau kata itu berasal dari Bahasa Arab, tapi rokok tidak membutuhkan itu. Atau mungkin saya melamar ke perusahaan makanan saja, yang membutuhkan kata "Halal" di bungkusnya? Saya rasa tidak juga, karena itu sudah masuk urusan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Lalu saya akan kerja sebagai apa!? Mungkin kamu akan menyarankan saya untuk menjadi guru, karena memang memiliki backgroud pendidikan. (Mungkin saya akan memberi jawaban yang sama seperti artikel saya sebelumnya).

Bisnis Online Trading Forex

Setelah resah belum menemukan pekerjaan, saya akhirnya mencoba cara lain agar ada penghasilan yang masuk ke dompet saya, minimal bisa buat saya jajan sehari-hari (kebetulan memang saya masih single). Singkat cerita, setelah berhari-hari mikir, akhirnya saya mencoba untuk belajar Trading Forex saja kepada kakak saya, dia memang telah lama ada dalam bisnis itu, mungkin sekitar sepuluh tahunan. Saya coba bertanya pada dia waktu itu, tapi jawaban dari kakak yang saya dapat waktu itu kurang begitu memuaskan saya, dia bilang: "Jangan dulu, pekerjaan ini resiko-nya besar, kalau dana tak kuat tak akan bisa bertahan lama". Setelah mendapat jawaban seperti itu, saya merenung sendiri, dalam benak saya telintas, apa memang seperti itu bisnis yang dijalankan kakak saya, resiko-nya sangat besar? Berarti selama ini dia banyak uang dong, bisa bertahan di bisnis ini selam 10 tahunan.

Berhubung saya anaknya sedikit ngeyel, saya akhirnya coba cari tahu sendiri apa trading forex itu, dan bagaimana di dalamnya. Saya searching di Google, banyak sekali artikel yang membahas masalah forex, banyak sekali artikel forex yang telah saya baca waktu itu, di website, forum-forum dan juga dari penjelasan banyak seminar forex dalam bentuk video yang ada di YouTube, semua sudah saya tonton. (kebetulan di rumah kakak saya yang bisnis trading forex itu ada wifi, dan dari kamar saya sinyal-nya kuat banget, jadi bisa internetan 24 jam non-stop).

Memang bisnis ini memiliki resiko yang tinggi, tapi juga sebanding dengan pendapatan yang akan diperoleh jika bisa, saya akhirnya bisa menyimpulkan rasio yang didapat 50:50, jadi mungkin sebaiknya saya coba saja jalankan bisnis ini mulai minggu depan, setelah semua materi tentang cara bermain forex sudah saya pahami.

Seminggu kemudian, setelah materi tentang forex sudah saya anggap bisa, saya akhirnya mencoba trading, tapi menggunakan akun demo terlebih dahulu, karena dari penjelasan yang saya dapatkan waktu belajar forex itu disarankan untuk pemula agar menggunakan fasilitas trading forex demo, ya menggunakan uang simulasi gitu, tapi fasilitas yang didapatkan dalam demo itu sama seperti trading real, hanya perbedaannya terletak pada dana yang digunakan saja.

Saya jalankan trading forex demo kurang lebih selama sepuluh harian, ternyata saya menggapnya: ternyata trading forex itu mudah sekali, tinggal buy saat harga terendah dan sell saat harga tertinggi. Buktinya dari akun demo yang saya jalankan itu, saya memperoleh hampir 200% dari dana yang saya gunakan (waktu itu saya menggunakan akun demo dengan besar dana $100).

Akhirnya karena hal itu, saya jadi su'udzon kepada kakak yang melarang saya untuk terjun ke bisnis trading forex ini. Padahal bisnis ini sangat mudah sekali dijalankan, tidak mengenal waktu pula, alias kapanpun dan dimanapun berada (selain hari sabtu dan minggu yang memang pasar forex tutup).

Semua kalimat saya diatas bukan ajang promosi, yang ending-eindingnya mengajak untuk berafiliasi ataupun join, tidak! Saya cerita pengalaman saja, tidak ada unsur mengajak ataupun iming-imging kepada kamu untuk ikut, daripada nanti kamu salah sangka, mending tunggu saja artikel selanjutnya.

To Be Continued to Part #2 Next Day

0 komentar

Berkomentarlah sesuai topik artikel & Mohon tidak melakukan spam atau komentar negatif

View MoreARTIKEL PILIHAN